AMBIL
SETIAP KESEMPATAN DI DEPAN MATA
Yuhendra lahir
di Bukittingi pada 28 Agustus 30 tahun silam di
kota yang terkenal dengan kota wisata dan jam gadang menjadi ikonnya. Beliau
memulai pendidikan dari SD,
SMP dan SMA di kota yang pernah
menjadi ibukota negara
Indonesia ini. Setelah beliau lulus dari SMA,
beliau melanjutkan pendidikan ke
jenjang Perguruan Tinggi. Beliau mengeyam pendidikan disalah
satu Universitas di kota Padang dengan
Jurusan Sastra Inggris. Seiring dengan berjalannya waktu, beliau
memperoleh beasiswa Kebudayaan Eropa
dan Jurnalistik
Eropa selama enam bulan di Belanda.
Setelah berhasil
menyelesaikan pendidikan di Belanda, beliau kembali ke kota Padang. Selama di
kota Padang beliau bekerja
disalah satu perusahaan surat
kabar kota Padang dengan
jabatan sebagai redaktur. Selama tahun
tahun beliau bekerja sebagai redaktur di surat kabar, seiring dengan berjalannya waktu beliau
memperoleh kembali beasiswa dan di negeri Kincir angin, dengan
jurusan Ilmu Perkotaan. Dan S2 beliau juga di negeri kincir angin ini.
Sekarang Bapak dari
tiga anak ini berprofesi
sebagai tenaga pengajar di bidang
jurnalistik dibeberapa
Perguruan Tinggi Swasta dan Negeri Sumatera
Barat. Menurut beliau menjadi seorang dosen,
bisa membagi ilmu kepada orang lain. Beliau berprinsip, dalam mengajar bukan
hanya sekedar memberikan teori-teori tetapi juga membagi pengalaman hidupnya
kepada mahasiswa, agar dapat menjadi contoh yang positif dikemudian hari
ataupun sekarang.
Selama di
Belanda pemuda asli Bukittinggi ini, mengaku sangat terkesima atau memberikan
kesan yang sulit dilupakan di Negeri
Kincir angin tersebut. Pertataan
kotanya sangat diatur dengan indah serta enak dipandang mata. Sehingga mungkin
tidak akan ditemui kios-kios yang berdiri “megah” di bibir jalan yang sudah menjadi
pemandangan yang lumrah di kota-kota
di Indonesia. Negara yang juga terkenal dengan sepak bolanya ini juga sangat
ramah dan bersahabat. Negeri
kincir angin yang disebut mempunyai pertalian yang kuat dengan Indonesia,
masyarakat di Belanda
pada umum menggunakan
bahasa Inggris dalam kesehariannya yang membuat para pelancong dari luar sangat nyaman
berkomunikasi.
Bagaimana awalnya beliau sangat tertarik
dengan jurnalistik? Awalnya beliau terpicu karena sangat hobi membaca. Lewat
membaca beliau terinspirasi
untuk mengelilingi dunia. Beliau berkeinginan, dengan bekerja di bidang jurnalistik, tulisan beliau bisa
dinikmati oleh semua orang. “Dengan karya-karya dibidang jurnalistik, bisa
membantu orang-orang ke arah yang lebih baik dan membawa dampak yang positif” tuturnya.
“Ambil setiap
kesempatan di depan mata“ adalah moto dosen jurmalistik ini. Satu hal yang
belum dirasa tercapai sampai saat sekarang ini adalah menulis. Beliau sangat ingin sekali menekuni pekerjaan dalam bidang menulis.
Dengan menekuni bidang menulis beliau berharap tulisan beliau bisa diterima
oleh banyak orang dan lebih sangat dikenal dikhalayak
ramai. Sukses menurut beliau “Apabila
seseorang itu dapat mencapai keinginannya
yang besar ataupun yang kecil, yang terpenting
bisa memberikan efek memuaskan pada diri pribadi”.
“Menulis itu bagus untuk
mengasah pikiran, membagi ilmu kepada orang lain jadi dengan siapa saja yang
membaca tulisan kita akan terbantu dengan ide-ide dan pikiran kita. Kemudian
menulis juga membuat kita diingat orang. Misalnya kita menulis di koran
miskipun orang tidak membaca pada hari koran itu terbitkan, tetapi saat itu
menjadi koran bekas atau menjadi sampul apa saja, tentu sekejab orang bisa
membaca tulisan kita dan kita bisa mempengaruhi orang” Ujar dosen yang pernah mendapat penghargaan dari Balai
Pustaka ini.
Dosen yang pernah menempuh pendidikan di benua Eropa
ini menyukai menulis fiksi dan non fiksi. Beliau suka tulisan non fiksi karena
bisa langsung mengkritik pemerintah langsung. Sedangkan fiksi beliau
menyukainya karena bisa berimajinasi. Jadi apa yang tidak pernah dipikirkan
bisa dituangkan di dalam tulisan fiksi. Dosen yang pernah memenangkan
berbagai lomba menulis ini sudah mempunyai dua
buku. Buku pertama yaitu fiksi berbentuk novel yang berjudul “Uda Uni Univer”.
Dan buku kedua buku non fiksi berbentuk laporan perjalanan. Pada saat sekarang
dosen jurnalistik ini juga sedang dalam proses pembutan buku kedua non
fiksinya.
Dosen ini mempunyai keinginan dalam dunia menulis
yaitu membuka badan usaha yang berkaitan denagn penulisan biografi orang,
karena setaip orang itu mempunyai cerita yang berbeda dalam kehidupannya.
Biografi orang ini bisa menjadi pelajaran bagi orang lain.
Dunia menulis mahasiswa menurut dosen ini mahasiswa
dalam menulis mengagangap menulis itu sesuatu hal yang sangat tidak
menyenangkan. Karena para mahasiswa berpikir seperti itu maka menulis itu akan
menjadi sulit. Menurut beliau bagi seorang mahasiswa menulis itu wajib
setidak-tidaknya menulis skripsi. Karena dari awal mereka pikir menulis itu
sulit maka pada saat menulis skripsi mereka akan kesulitan. Jadi bagi para
mahasiswa supaya mudah dalam menulis harus mencintai dunia menulis jangan
anggap dunia menulis itu sulit. Selain itu para mahasiswa juga harus
memberanikan diri menulis yang lebih panjang jangan hanya menulis di facebook
saja. Pesan beliau untuk mahasiswa, “Mahasisawa itu banyak yang datang hanya untuk kuliah dan
mereka hanya mendengar pada saat jam perkuliahan. Padahal banyak sekali
nilai-nilai yang diambil diluar perkuliahan. Seperti berorganisasi, bergaul
dengan teman, bergaul dengan dosen, dan lain-lan”. Secara garis besar beliau
mengatakan nilai-nilai perkuliahn itu bukan hanya semata-mata pada saat
perkuliahn, tetapi juga bisa kita dapatkan di sekitar lingkungan kita. Seperti
itulah pesan-pesan pakar ilmu jurnalistik ini. (DRJ)