Kamis, 12 Maret 2015

FEATURE BIOGRAFI



AMBIL SETIAP KESEMPATAN DI DEPAN MATA


 



Yuhendra lahir di Bukittingi pada 28 Agustus 30 tahun silam di kota yang terkenal dengan kota wisata dan jam gadang menjadi ikonnya. Beliau memulai pendidikan dari SD, SMP dan SMA di kota yang pernah menjadi ibukota negara Indonesia ini. Setelah beliau lulus dari SMA, beliau melanjutkan pendidikan ke jenjang Perguruan Tinggi. Beliau mengeyam pendidikan disalah satu Universitas di kota Padang dengan Jurusan Sastra Inggris. Seiring dengan berjalannya waktu, beliau memperoleh beasiswa Kebudayaan Eropa dan Jurnalistik Eropa selama enam bulan di Belanda.
Setelah berhasil menyelesaikan pendidikan di Belanda, beliau kembali ke kota Padang. Selama di kota Padang beliau bekerja disalah satu perusahaan surat kabar kota Padang dengan jabatan sebagai redaktur. Selama tahun tahun beliau bekerja sebagai redaktur di surat kabar, seiring dengan berjalannya waktu beliau memperoleh kembali beasiswa dan di negeri Kincir angin, dengan jurusan Ilmu Perkotaan. Dan S2 beliau juga di negeri kincir angin ini.
Sekarang Bapak dari tiga anak ini berprofesi sebagai tenaga pengajar di bidang jurnalistik dibeberapa Perguruan Tinggi Swasta dan Negeri  Sumatera Barat. Menurut beliau menjadi seorang dosen, bisa membagi ilmu kepada orang lain. Beliau berprinsip, dalam mengajar bukan hanya sekedar memberikan teori-teori tetapi juga membagi pengalaman hidupnya kepada mahasiswa, agar dapat menjadi contoh yang positif dikemudian hari ataupun sekarang.
Selama di Belanda pemuda asli Bukittinggi ini, mengaku sangat terkesima atau memberikan kesan yang sulit dilupakan di Negeri Kincir angin tersebut. Pertataan kotanya sangat diatur dengan indah serta enak dipandang mata. Sehingga mungkin tidak akan ditemui kios-kios yang berdiri “megah” di bibir jalan yang sudah menjadi pemandangan yang lumrah di kota-kota di Indonesia. Negara yang juga terkenal dengan sepak bolanya ini juga sangat ramah dan bersahabat. Negeri kincir angin yang disebut mempunyai pertalian yang kuat dengan Indonesia, masyarakat di Belanda pada umum menggunakan bahasa Inggris dalam kesehariannya yang membuat  para pelancong dari luar sangat nyaman berkomunikasi.
Bagaimana awalnya beliau sangat tertarik dengan jurnalistik? Awalnya beliau terpicu karena sangat hobi membaca. Lewat membaca beliau terinspirasi untuk mengelilingi dunia. Beliau berkeinginan, dengan bekerja di bidang jurnalistik, tulisan beliau bisa dinikmati oleh semua orang. “Dengan karya-karya dibidang jurnalistik, bisa membantu orang-orang ke arah yang lebih baik dan membawa dampak yang positif” tuturnya.
“Ambil setiap kesempatan di depan mata“ adalah moto dosen jurmalistik ini. Satu hal yang belum dirasa tercapai sampai saat sekarang ini adalah  menulis. Beliau sangat ingin sekali menekuni pekerjaan dalam bidang menulis. Dengan menekuni bidang menulis beliau berharap tulisan beliau bisa diterima oleh banyak orang dan lebih sangat dikenal dikhalayak ramai. Sukses menurut beliau “Apabila seseorang itu dapat mencapai keinginannya yang besar ataupun yang kecil, yang terpenting bisa memberikan efek memuaskan pada diri pribadi”. 
Menulis itu bagus untuk mengasah pikiran, membagi ilmu kepada orang lain jadi dengan siapa saja yang membaca tulisan kita akan terbantu dengan ide-ide dan pikiran kita. Kemudian menulis juga membuat kita diingat orang. Misalnya kita menulis di koran miskipun orang tidak membaca pada hari koran itu terbitkan, tetapi saat itu menjadi koran bekas atau menjadi sampul apa saja, tentu sekejab orang bisa membaca tulisan kita dan kita bisa mempengaruhi orang” Ujar dosen yang pernah mendapat penghargaan dari Balai Pustaka ini.
Dosen yang pernah menempuh pendidikan di benua Eropa ini menyukai menulis fiksi dan non fiksi. Beliau suka tulisan non fiksi karena bisa langsung mengkritik pemerintah langsung. Sedangkan fiksi beliau menyukainya karena bisa berimajinasi. Jadi apa yang tidak pernah dipikirkan bisa dituangkan di dalam tulisan fiksi. Dosen yang pernah memenangkan berbagai lomba menulis ini sudah mempunyai dua buku. Buku pertama yaitu fiksi berbentuk novel yang berjudul “Uda Uni Univer”. Dan buku kedua buku non fiksi berbentuk laporan perjalanan. Pada saat sekarang dosen jurnalistik ini juga sedang dalam proses pembutan buku kedua non fiksinya.
Dosen ini mempunyai keinginan dalam dunia menulis yaitu membuka badan usaha yang berkaitan denagn penulisan biografi orang, karena setaip orang itu mempunyai cerita yang berbeda dalam kehidupannya. Biografi orang ini bisa menjadi pelajaran bagi orang lain.
Dunia menulis mahasiswa menurut dosen ini mahasiswa dalam menulis mengagangap menulis itu sesuatu hal yang sangat tidak menyenangkan. Karena para mahasiswa berpikir seperti itu maka menulis itu akan menjadi sulit. Menurut beliau bagi seorang mahasiswa menulis itu wajib setidak-tidaknya menulis skripsi. Karena dari awal mereka pikir menulis itu sulit maka pada saat menulis skripsi mereka akan kesulitan. Jadi bagi para mahasiswa supaya mudah dalam menulis harus mencintai dunia menulis jangan anggap dunia menulis itu sulit. Selain itu para mahasiswa juga harus memberanikan diri menulis yang lebih panjang jangan hanya menulis di facebook saja. Pesan beliau untuk mahasiswa, “Mahasisawa itu  banyak yang datang hanya untuk kuliah dan mereka hanya mendengar pada saat jam perkuliahan. Padahal banyak sekali nilai-nilai yang diambil diluar perkuliahan. Seperti berorganisasi, bergaul dengan teman, bergaul dengan dosen, dan lain-lan”. Secara garis besar beliau mengatakan nilai-nilai perkuliahn itu bukan hanya semata-mata pada saat perkuliahn, tetapi juga bisa kita dapatkan di sekitar lingkungan kita. Seperti itulah pesan-pesan pakar ilmu jurnalistik ini. (DRJ)





Tidak ada komentar:

Posting Komentar